Langkah Terakhir: Memohonlah kepada Dzat Yang Maha Kaya



 ahmadtamami.com— Maksud langkah terakhir di sini, hanya untuk menunjukkan bahwa langkah ini yang menjadi langkah terpenting. Bukan berarti harus kita akhirkan. Bahkan, langkah ini harus kita utamakan.

Seberapa canggih pun metode yang kita punya, tidak akan berhasil tanpa izin Sang Penguasa Semesta, Allah Swt. Itulah alasan saya memasukkan kata “Islami” dalam artikel ini.

Langkah-langkah yang telah disampaikan sebelumnya hanyalah bagian dari ikhtiar kita, namun penentu keberhasilan kita hanya Allah Swt. Di sini, kita belajar untuk menyeimbangkan usaha lahiriah dengan ikhtiar spiritual, menyerahkan segala hasilnya kepada Allah yang Maha Kaya.

Ketika masih dibebani oleh utang, secara intuitif saya menyadari bahwa utang bukan sekadar beban finansial. Bagi saya, utang adalah teguran yang diberikan Allah Swt. kepada saya kala itu.

Saya merasa bahwa utang ini adalah panggilan agar saya kembali mengingat siapa yang sebenarnya memiliki kekuasaan penuh atas hidup ini. Sehebat apapun strategi keuangan yang kita miliki, secerdas apapun kita dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran, pada akhirnya hanya Allah-lah yang bisa menentukan keberhasilan atau kegagalan kita.

Dalam hal ini, ada rahasia besar mengapa utang-utang saya bisa lunas, yaitu dengan berserah diri sepenuh hati kepada Allah. Saya senantiasa mendawamkan zikir dan doa yang diajarkan untuk melunasi hutang.

Tapi ingat, jangan sampai Anda berpikir bahwa amalan atau doa yang Anda lakukan menjadi penentu utama. Amalan hanyalah bentuk kepatuhan, penghambaan, dan ikhtiar. Hanya Allah-lah yang memiliki kuasa mutlak untuk menentukan hasilnya. Kita sebagai hamba, hanya perlu hadir sepenuh hati dan menyerahkan diri kepada-Nya.

Saya juga mengubah mindset. Saya Sadari bahwa bukan kita yang “memiliki” Allah, melainkan Allah-lah yang memiliki kita sepenuhnya. Dengan kesadaran ini, kita bisa berserah diri secara total kepada takdir Allah Swt., sambil tetap berharap takdir tersebut membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik.

Ketika kita pasrah kepada-Nya, kita mengakui bahwa kita hanya manusia lemah yang bergantung sepenuhnya pada rahmat dan kekuasaan-Nya. Dalam kepasrahan ini, kita akan menemukan ketenangan batin, dan inilah yang membantu kita dalam menjalani ikhtiar menuju pelunasan utang.

Apa yang saya lakukan?

Bertaubat dan Memperbaiki Niat

Pertama sekali saya bertaubat kepada Allah Swt. Bertaubat berarti mengakui semua dosa, termasuk dalam mengelola keuangan (seperti boros dan sebagainya) dan mengambil utang yang akhirnya menjadi beban.

Taubat ini adalah bentuk penyerahan diri dan pengakuan bahwa kita membutuhkan bimbingan Allah, tentu saja termasuk dalam urusan keuangan. Selain itu, memperbaiki niat untuk melunasi utang juga sangat penting. Niat saya untuk melunasi hutang kala itu adalah, agar tidak ada penghalang bagi diri saya ketika menghadap Allah nanti.

Mendawamkan Dzikir dan Doa tentang Pelunasan Hutang

Salah satu amalan yang saya dawamkan dalam ikhtiar melunasi utang adalah doa Nabi Yunus a.s. Doa ini saya temukan dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi.

Doa ini diucapkan oleh Nabi Yunus ketika beliau berada dalam perut ikan paus, dalam keadaan yang sangat sulit. Allah Swt. akhirnya memberikan keselamatan dan mengabulkan doa beliau. Doa ini dikenal sebagai kalimat tauhid yang penuh peng-akuan atas keagungan Allah dan permohonan untuk pertolongan-Nya.

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

 “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Doa ini tidak hanya merupakan permohonan ampun, tetapi juga bentuk pengakuan bahwa kita memerlukan pertolongan Allah dalam setiap urusan, termasuk dalam upaya melunasi utang. Ketika kita membaca doa ini, kita diajak untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memohon keampunan-Nya, dan menyadari bahwa hanya dengan izin-Nya setiap kesulitan bisa diatasi.

Lalu, saya mengikuti ajaran Rasulullah Saw. kepada Mu’adz bin Jabal agar ia bisa terbebas dari jeratan utang. Rasulullah mengajarkan Mu’adz untuk membaca Surat Ali Imran ayat 26-27, disertai dengan doa berikut:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ. (26). [آل عمران 26-27]. أَنْتَ رَحْمَنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَرَحِيْمَهُمَا، تُؤْتِي مِنْهُمَا 

مَا تَشَاءُ وَتَمْنَعُ مِنْهُمَا مَا تَشَاءُ، فَقْضِ عَنِّي دَيْنِيْ  

Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Kauberikan kekuasaan kepada siapapun yang Kaukehendaki, dan Kaucabut kekuasaan dari siapa pun yang Kaukehendaki. Kau muliakan siapapun yang Kaukehendaki dan Kauhinakan siapapun yang Kaukehendaki. Di dalam kekuasaan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (27) Kau masukkan malam ke dalam siang dan Kau masukkan siang ke dalam malam; Kau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Kau keluarkan yang mati dari yang hidup; dan Kau berikan rezeki kepada siapa yang Kau kehendaki tanpa perhitungan.” (Surat Ali Imran :26-27). Engkau adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang di dunia dan di akhirat. Engkau berikan apa yang Kau kehendaki dari keduanya, dan Engkau cegah apa yang Kaukehendaki dari keduanya, karenanya lunasilah utangku.'

Shalat Dhuha dan Shalat Tahajud

Ini sebenarnya bukan rahasia lagi. Shalat Dhuha dan Tahajud adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam, apalagi bagi siapa saja yang berharap mendapatkan kelapangan rezeki dan solusi atas kesulitan finansial.

Shalat Dhuha dilaksanakan di pagi hari setelah matahari terbit, yang menjadi waktu terbaik untuk memohon kelapangan rezeki dan keberkahan  Ini adalah cara kita mengawali hari dengan meminta berkah dari Allah Swt., meyakini bahwa segala kebaikan di hari tersebut hanya bisa tercapai dengan izin-Nya.

Sementara itu, Shalat Tahajud dilaksanakan pada sepertiga malam, waktu yang sangat mustajab untuk berdoa dan memohon pertolongan. Shalat Tahajjud adalah saat yang paling sunyi dan khusus, di mana Allah mendengar “dengan lebih dekat” permohonan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Dalam situasi sulit seperti upaya melunasi utang, Tahajud menjadi kesempatan untuk memohon kekuatan dan bantuan kepada Allah Swt. melalui doa yang khusyuk.

Melakukan kedua shalat ini secara konsisten tentu membawa kita dekat kepada Rahmat Allah, sekaligus menguatkan iman dan kesungguhan hati dalam memohon pertolongan-Nya.

Ketika kita berusaha melunasi utang dengan berdoa melalui shalat sunnah ini, kita menunjukkan bahwa ikhtiar kita dilandasi oleh ketergantungan sepenuhnya kepada Allah, Sang Pemilik segala rezeki dan jalan keluar.

Perbanyak Sedekah

Sedekah adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam dan memiliki banyak keutamaan, terutama dalam membuka pintu rezeki dan membawa keberkahan dalam hidup. Dalam hadits, Rasulullah Saw. bersabda, “Harta tidak akan berkurang karena sedekah” (HR. Muslim). Meski tampaknya kita mengeluarkan sebagian harta, sesungguhnya Allah Swt. akan menggantinya dengan rezeki yang lebih besar dan berkah yang melimpah.

Sedekah bukan hanya tentang memberi dalam jumlah besar; sedekah bisa berupa pemberian kecil tetapi dengan niat tulus ikhlas. Saat kita berusaha melunasi utang, bersedekah menjadi bentuk ikhtiar spiritual yang menunjukkan ketergantungan kita pada Allah sebagai sumber segala rezeki.

Sedekah juga melatih kita untuk berempati kepada mereka yang berada dalam kesulitan, mengingatkan bahwa ada orang lain yang mungkin lebih membutuhkan. Ini adalah cara Allah Swt. menguji kita untuk tetap ikhlas memberi meski dalam kondisi sulit.

Keyakinan ini akan membangkitkan ketenangan hati dan menambah motivasi dalam upaya pelunasan utang. Seiring waktu, kita akan melihat bahwa pintu rezeki dan kemudahan yang tidak disangka-sangka terbuka sebagai balasan dari sedekah yang kita berikan.

Demikianlah apa yang bisa saya bagikan. Namun, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kita tidak bisa “mengatur” Tuhan. Allah memiliki kehendak-Nya yang mutlak, dan segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak-Nya. Bahkan, niat kita untuk berdoa dan memohon pun terjadi atas kehendak Allah.

Pasrahkanlah segala urusan Anda dengan sepenuh hati kepada-Nya. Pasrah bukan berarti kita berhenti berusaha, melainkan usaha itu sendiri adalah bagian dari bentuk kepasrahan kita kepada Allah. Usaha merupakan sunnatullah yang diberikan kepada manusia, yang mensyaratkan adanya usaha untuk mencapai hasil.

Namun, ingatlah bahwa hasil akhir tetap berada dalam kuasa Allah. Ketika kita berusaha dan berdoa, kita menunjukkan bahwa kita sadar bahwa Dia adalah satu-satunya tempat bergantung, dan kita memohon agar segala urusan kita diberkahi dan dipermudah sesuai dengan kehendak-Nya. Yang paling penting, doa kita, bukan untuk mengatur Tuhan!

Baca Sebelumnya: Ikuti Enam Langkah Napoleon Hill

Lebih baru Lebih lama