Pengetahuan ilmiah, selalu terbuka untuk diuji, kapan pun itu. Pengetahuan ilmiah, sampai kapan pun tidak akan pernah menjadi dogma. Karena itu, setiap pengetahuan yang tidak bisa dikritik, bukanlah pengetahuan ilmiah. Keterbukaan untuk diujilah yang menjadikan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang dan menjadi salah satu “subjek peradaban” manusia lintas masa.
Keterbukaan pengetahuan ilmiah untuk diuji, pada gilirannya melahirkan komunitas ilmuwan yang secara alamiah diberikan otoritas untuk menguji pengetahuan ilmiah baru. Pengetahuan ilmiah baru itu adalah hasil penelitian.
Proses pengujian hasil penelitian sebelum berterima sebagai pengetahuan ilmiah, dilakukan secara intersubjektif. Secara sederhana, intersubjektif berarti adanya interaksi yang kompleks di antara subjek-subjek. Siapa subjek yang maksud? Tentu saja manusia.
Mengingat semua manusia adalah subjek dalam pengetahuan ilmiah, apakah itu berarti setiap orang akan dilibatkan dalam pengujian hasil penelitian? Bisa saja, kalau orang tersebut menguasai bidang pengetahuan ilmiah yang sedang diteliti. Namun, dalam Islam terkenal sebuah perintah, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan” (Q.S. an-Nahl: 43). Dalam hal ini, pada kenyataannya, di masing-masing disiplin pengetahuan ada ahlinya. Pada saat tulisan ini dipublish, dan sampai kapanpun juga, tidak ada satu manusia pun yang mampu mengetahui segala hal. Di setiap disiplin pengetahuan, ada ahlinya.
Dengan demikian, pengujian secara intersubjektif itu dilakukan oleh komunitas ilmuwan yang memiliki keahlian di bidang yang sedang diteliti. Inilah salah satu alasan mengapa setiap skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulis oleh mahasiswa selalu diuji sebelum ia mendapatkan gelar akademik. Pengujian ini, masih termasuk bagian pelaksanaan penelitian.
Sebelum penelitian mahasiswa diuji, penelitian tersebut harus dituliskan dalam bentuk laporan penelitian. Setelah laporan penelitian disiapkan, maka mahasiswa harus mempresentasikan laporan penelitian tersebut untuk diuji sebelum berterima sebagai pengetahuan ilmiah.
Pada bagian ini, penulis akan memberikan sebuah pengantar tentang bagaimana laporan penelitian dituliskan dan cara sederhana mempresentasikan hasil penelitian. Agar para pembaca mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang cara menulis dan mempresentasikan laporan penelitian ilmiah, disarankan membaca buku yang lain, di antaranya buku yang ditulis oleh Soerjono Soekanto dan Agus Sardjono.
Penulisan Laporan Penelitian
Menulis laporan penelitian adalah bagian penting dari proses akademis yang membantu peneliti menyampaikan temuan mereka secara sistematis. Proses ini bukan hanya tentang menyusun informasi, tetapi juga tentang mengkomunikasikan ide-ide dan penemuan secara efektif kepada pembaca, baik itu dalam komunitas akademis maupun kepada masyarakat luas.
Laporan penelitian berfungsi sebagai dokumentasi resmi yang mencatat langkah-langkah yang diambil selama penelitian, hasil yang diperoleh, dan analisis yang dilakukan. Dengan demikian, laporan ini menjadi jembatan antara peneliti dan audiens, memungkinkan transfer pengetahuan yang dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik di berbagai bidang.
Laporan penelitian juga berfungsi untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik. Dengan menyusun laporan yang terstruktur dengan baik, peneliti dapat mengarahkan pembaca melalui perjalanan penelitian, menjelaskan metodologi yang digunakan, hasil yang diperoleh, serta implikasi dari temuan tersebut. Hal ini sangat penting, terutama dalam konteks penelitian yang kompleks.
Selain itu, penulisan laporan penelitian juga merupakan langkah penting dalam proses akademis yang dapat mempengaruhi reputasi peneliti. Laporan yang ditulis dengan baik mencerminkan kredibilitas dan keahlian peneliti dalam bidangnya. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk menyusun laporan dengan perhatian yang teliti terhadap detail, menggunakan bahasa yang jelas dan tepat, serta mengikuti pedoman akademis yang berlaku.
Menulis laporan penelitian tidak hanya bermanfaat bagi peneliti itu sendiri, tetapi juga bagi pembaca yang ingin memahami dan menerapkan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian, laporan penelitian menjadi alat penting dalam memperluas pengetahuan dan mendorong diskusi lebih lanjut dalam komunitas ilmiah dan masyarakat umum. Melalui laporan yang baik, peneliti dapat berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, memberikan wawasan baru, dan memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
Secara umum, hasil penelitian itu lazimnya dibuat dalam bentuk laporan penelitian yang terdiri dari beberapa bab, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Selain itu, ada juga yang berbentuk artikel, sebagaimana artikel-artikel yang dipublikasi pada jurnal-jurnal ilmiah.
Model penulisan laporan penelitian itu sebenarnya beragam, karena itulah secara tradisional komunitas ilmuwan menetapkan suatu standar di lingkungannya. Namun, kita tidak akan bingung kalau sudah memahami dengan baik bagian-bagian yang perlu ditulis dalam suatu laporan.
Pada bagian ini, yang akan dijelaskan adalah penulisan laporan yang terdiri dari beberapa bab, sebagaimana skripsi, tesis, dan disertasi. Untuk penulisan laporan penelitian dalam bentuk artikel, bisa dirujuk langsung pada laman jurnal ilmiah yang kita tuju untuk mempublikasikan hasil penelitian.
Secara garis besar, sistematika laporan penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti/pokok, dan bagian akhir. Namun, untuk menentukan apa saja yang termasuk sebagai bagian awal, inti/pokok, dan akhir, masing-masing komunitas ilmiah menetapkan standar yang berbeda. Hal ini bisa dilihat pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di berbagai kampus; masing-masing kampus memiliki sistematika yang berbeda. Maksud berbeda di sini, hanya soal kaplingan bagian awal dan bagian inti/pokoknya saja, bukan pada tataran substansinya.
Adapun yang paling penting untuk kita pahami dalam penulisan laporan penelitian—tanpa mengesampingkan yang lain—sebagai berikut:
1. Judul
Dalam penelitian hukum, penulisan judul harus menegaskan tema sentral yang menjadi objek penelitian. Judul yang baik harus informatif, spesifik, dan ringkas. Sebisa mungkin hindari penggunaan singkatan, akronim, dan istilah yang dapat menimbulkan bias makna atau masalah dalam indeksasi serta keterbacaan.
Perlu diingat bahwa judul bukanlah penentu utama dari penelitian; hasil penelitianlah yang akan membentuk judul tersebut. Oleh karena itu, saat menuliskan judul, penting untuk memeriksa kesesuaiannya dengan isi laporan. Jika ada ketidaksesuaian, peneliti masih memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan pada judul penelitian (Soekarni et al., 2017: 117).
2. Abstrak
Abstrak adalah uraian singkat yang merangkum intisari dari penelitian. Biasanya, abstrak mencakup tujuan penelitian, urgensitas, permasalahan yang dihadapi, metode yang digunakan, temuan penelitian, dan kesimpulan utama. Setelah abstrak ditulis, sertakan di bawahnya 3-5 kata kunci yang relevan, agar memudahkan pencarian dan pemahaman tentang fokus penelitian.
3. Pendahuluan
Bagian pendahuluan harus menjelaskan latar belakang masalah yang diangkat, rumusan masalah, signifikansi penelitian, dan keterbaruan penelitian. Keterbaruan ini berarti peneliti harus menjelaskan secara spesifik tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitiannya dan menegaskan perbedaan serta kontribusi penelitian yang dilakukan.
4. Landasan/Kerangka Teori
Landasan atau kerangka teori yang digunakan dalam penelitian harus dijelaskan secara jelas. Peneliti perlu menjelaskan definisi, batasan, dan proposisi yang menjadi bagian dari teori tersebut. Selain itu, penting untuk menjelaskan alasan mengapa teori itu dipilih dalam konteks penelitian yang dilakukan.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian berfungsi untuk menjelaskan kepada komunitas ilmuwan tentang cara yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penulisan metode dalam laporan bertujuan untuk menunjukkan tanggung jawab peneliti atas penelitian yang telah dilakukan. Ini penting karena jika orang lain menggunakan metode yang telah disusun, mereka diharapkan bisa mendapatkan hasil yang serupa.
Peneliti harus menjelaskan jenis penelitian yang dipilih, serta pendekatan yang digunakan. Dalam beberapa kasus, peneliti mungkin menggabungkan antara penelitian normatif dan empiris sesuai dengan masalah penelitian yang dihadapi. Selain itu, peneliti juga harus menyebutkan bahan hukum atau data penelitian yang digunakan, serta teknik pengum-pulan, pengolahan, dan analisis data yang diterapkan.
6. Hasil/Temuan Penelitian
Di bagian ini, peneliti harus menjelaskan hasil pengolahan data penelitian. Hasil atau temuan penelitian disampaikan dengan jelas dan sistematis, tanpa menyertakan data mentah (raw data). Penting untuk tidak melakukan interpretasi pada tahap ini, agar hasil yang disajikan tetap objektif (Moleong, 2019: 378).
7. Pembahasan
Bagian pembahasan berisi analisis hasil penelitian. Di sinilah peneliti dapat memberikan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh. Komponen utama dalam pembahasan meliputi:
a. Prinsip-prinsip, hubungan, dan tingkat keumuman hasil penelitian.
b. Tunjukkan kesepakatan atau perbedaan pendapat antara hasil penelitian ini dengan temuan penelitian lain.
c. Sajikan analisis secara ringkas dan sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca.
d. Sebutkan pengecualian atau batasan yang ada dalam penelitian, untuk memberikan konteks yang lebih jelas.
8. Simpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan intisari dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan harus mampu menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti dapat memberikan saran tindak lanjut, baik bagi pemangku otoritas hukum maupun subjek hukum tertentu, serta rekomendasi untuk penelitian di masa mendatang.
9. Kepustakaan dan Lampiran
Daftar pustaka wajib dicantumkan di akhir laporan. Pencantuman daftar pustaka harus mengikuti format yang disepakati oleh komunitas ilmuwan yang relevan. Lampiran juga harus disertakan, mengingat pada bagian pembahasan, data mentah tidak disertakan, sehingga informasi tersebut dapat ditemukan di bagian lampiran.
Dapat dipahami bahwa, menulis laporan penelitian merupakan langkah krusial dalam proses akademis yang bertujuan untuk menyampaikan temuan penelitian secara sistematis dan terstruktur. Struktur laporan penelitian, yang umumnya terdiri dari bagian judul, abstrak, pendahuluan, landasan/kerangka teori, metode penelitian, hasil/temuan penelitian, pembahasan, simpulan dan saran, serta kepustakaan dan lampiran, memberikan panduan bagi peneliti dalam menyusun dan mengorganisasi informasi.
Judul harus jelas dan mencerminkan tema penelitian, sedangkan abstrak memberikan ringkasan yang padat tentang isi penelitian. Pendahuluan berfungsi untuk menetapkan konteks, rumusan masalah, dan keterbaruan penelitian. Landasan teori menjadi dasar bagi pemahaman dan analisis, sedangkan metode penelitian menjelaskan pendekatan yang digunakan untuk mencapai hasil.
Hasil penelitian harus disajikan secara objektif, sementara pembahasan memberikan ruang untuk interpretasi dan analisis mendalam terhadap temuan. Kesimpulan merangkum inti penelitian dan menawarkan saran untuk langkah selanjutnya, baik bagi pemangku kebijakan maupun peneliti masa depan. Akhirnya, daftar pustaka dan lampiran melengkapi laporan dengan referensi yang digunakan dan data tambahan yang mendukung penelitian.
Dengan mengikuti struktur dan pedoman ini, peneliti dapat memastikan bahwa laporan penelitian yang dihasilkan tidak hanya informatif, tetapi juga memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Presentasi Laporan Penelitian
Presentasi laporan penelitian adalah langkah penting dalam proses akademis yang bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada berbagai pihak. Hal ini tidak hanya melibatkan komunitas ilmiah, tetapi juga bisa mencakup pemangku kebijakan, donatur, praktisi, dan masyarakat umum yang mungkin tertarik dengan temuan penelitian. Dengan demikian, presentasi menjadi jembatan antara peneliti dan audiens yang lebih luas, memungkinkan peneliti untuk berbagi pengetahuan dan berdiskusi tentang implikasi dari penelitian mereka.
Presentasi hasil penelitian dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti makalah, poster, artikel, atau buku. Namun, di sini kita akan fokus pada presentasi secara lisan (oral). Presentasi lisan sering kali menjadi momen penting di mana peneliti dapat menjelaskan secara langsung temuan mereka dan menjawab pertanyaan audiens.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dijadikan pedoman untuk presentasi lisan, berdasarkan panduan Soekarni et al., (2017: 125-136):
1. Penggunaan PowerPoint
Salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan presentasi adalah dengan menggunakan perangkat lunak presentasi seperti PowerPoint. Dengan alat ini, peneliti dapat membuat slide yang terstruktur, visual, dan menarik. PowerPoint juga memungkinkan peneliti untuk menyusun informasi dengan cara yang mudah diikuti oleh audiens.
2. Slide Judul
Di slide judul, penting untuk menyertakan informasi mengenai event atau acara di mana presentasi berlangsung. Menyebutkan nama acara, lokasi, dan tanggal dapat memberikan konteks yang lebih baik kepada audiens menge-nai latar belakang presentasi tersebut.
3. Outline Presentasi
Memulai presentasi dengan menyampaikan outline atau kerangka presentasi adalah langkah yang baik. Dengan menuliskan pokok-pokok pikiran penting dari laporan hasil penelitian, audiens akan memiliki gambaran jelas tentang apa yang akan dibahas. Ini membantu membangun ekspektasi dan memudahkan mereka untuk mengikuti alur pembicaraan.
4. Visualisasi
Penggunaan gambar, grafik, dan bagan yang mendukung pokok-pokok pikiran sangat penting dalam presentasi. Visualisasi tidak hanya membuat presentasi lebih menarik tetapi juga dapat membantu audiens memahami data dan temuan dengan lebih baik. Misalnya, grafik dapat digunakan untuk menunjukkan tren atau perbandingan data, sementara gambar dapat membantu mengilustrasikan poin penting.
5. Pemilihan Kata
Pemilihan kata dan istilah yang tepat sangat penting untuk memastikan pesan yang disampaikan jelas dan tidak menimbulkan kebingungan. Sebaiknya gunakan istilah yang sesuai dengan konteks penelitian dan hindari jargon yang mungkin tidak dipahami oleh audiens umum. Menggunakan kalimat pendek dan jelas akan membuat informasi lebih mudah dipahami.
6. Desain Slide
Desain slide yang baik mencakup pemilihan jenis huruf, warna, dan ukuran huruf yang sesuai. Slide yang terlalu ramai dengan informasi dapat mengalihkan perhatian audiens dari poin utama. Pastikan setiap slide memiliki jumlah teks yang cukup untuk menjelaskan ide tanpa membuatnya tampak penuh sesak. Menggunakan bullet points juga bisa membantu menyajikan informasi secara ringkas dan jelas.
7. Jumlah Slide dan Waktu
Penting untuk memperhatikan jumlah slide yang digunakan dalam presentasi dan mencocokkannya dengan waktu yang tersedia. Jika waktu terbatas, lebih baik mengutamakan kualitas informasi daripada kuantitas slide. Dengan demikian, audiens tidak merasa terburu-buru dan bisa mencerna informasi dengan lebih baik.
8. Kesederhanaan
Terakhir, slide yang ditampilkan tidak perlu terlalu ramai dengan gambar dan animasi yang berlebihan. Hal ini dapat mengalihkan perhatian audiens dari tujuan utama presentasi. Fokus pada inti pesan dan buatlah presentasi sejelas mungkin agar audiens dapat memahami dan mengingat informasi yang disampaikan.
Perlu kita pahami bawa, presentasi lisan bukan hanya tentang menyampaikan hasil penelitian, namun ini juga merupakan kesempatan untuk berinteraksi dengan audiens. Peneliti dapat menjawab pertanyaan, menerima masukan, dan mendiskusikan implikasi dari temuan mereka. Interaksi ini dapat memperkaya pemahaman peneliti tentang topik yang diteliti dan memberikan perspektif baru yang mungkin belum dipertimbangkan sebelumnya.
Di samping itu, presentasi yang baik dapat meningkatkan reputasi peneliti dalam komunitas ilmiah. Peneliti yang mampu menyampaikan hasil penelitian dengan jelas dan meyakinkan akan lebih mudah dikenali dan dihargai oleh rekan-rekan mereka. Ini juga dapat membuka peluang untuk kolaborasi di masa depan atau mendapatkan dukungan untuk penelitian lebih lanjut.
Akhirnya, penting untuk berlatih sebelum melakukan presentasi. Dengan berlatih, peneliti dapat mengatasi rasa gugup, memperbaiki alur pembicaraan, dan memastikan bahwa presentasi berjalan lancar. Mengajak rekan untuk memberikan umpan balik juga bisa sangat membantu dalam meningkatkan kualitas presentasi.
Dengan mengikuti pedoman ini, peneliti dapat menyam-paikan hasil penelitian secara efektif dan menarik, sehingga tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga mendorong diskusi dan kolaborasi di antara para ilmuwan dan pemangku kebijakan. Presentasi yang baik tidak hanya memperluas jangkauan penelitian tetapi juga dapat berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan.
Baca Juga: